Bali, 11 September 2025 – Tim Peneliti Dosen Departemen Administrasi Publik melaksanakan kegiatan penelitian skema Riset World Class Research University (RWCU) di wilayah pesisir Provinsi Bali. Tim peneliti terdiri dari Prof. Dr. Dra. Kismartini, M.Si., Irfan Murtadho Yusuf, S.A.P., MPM, dan Yoga Aldi Saputra, S.A.P., MPA. Penelitian ini merupakan kolaborasi penelitian dosen dan mahasiswa Program Magister Administrasi Publik, Muhammad Yanwar Darmadi Putra, S.A.P.
Penelitian ini mengangkat judul “Collaborative Governance In Sustainable Coastal Management (Comparative Study Between Coastal Island in Indonesia and Malaysia)” yang memiliki tujuan untuk membandingkan pendekatan pengelolaan kolaboratif di Provinsi Bali dan Kepulauan Langkawi Malaysia dalam pengelolaan pesisir secara berkelanjutan serta membandingkan bagaimana setiap stakeholder (pemerintah, bisnis, masyarakat, akademisi, dan media) berkontribusi terhadap pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan di pulau-pulau pesisir Malaysia dan Indonesia.
Kegiatan penelitian berlangsung selama 3 hari dari tanggal 11 – 13 September 2025. Stakeholder yang kami kunjungi dan wawancarai antara lain, Bappeda Provinsi Bali, Dinas Kehutanan dan Lingkungan Hidup Provinsi Bali, Dinas Perikanan dan Kelautan Provinsi Bali, Dinas Pariwisata Kota Denpasar, Tokoh adat di Kota Denpasar, LSM Yayasan Pesisir Lestari Bali, Masyarakat Lokal Pesisir Bali, dan Pengunjung Wisata di Kuta dan Sanur.
Kegiatan penelitian ini disambut baik oleh Bapak I Wayan Wiasthana Ika Putra, S.Sos., M.Si., selaku Kepala Bappeda Provinsi Bali. Bapak Wayan menyampaikan bahwa pengelolaan pesisir di Bali sudah terintegrasi antara wilayah darat dan laut lewat Perda Provinsi Bali No. 2 Tahun 2023. Masyarakat bali sangat memegang teguh falsafah Tri Hita Karana yang merupakan falsafah hidup masyarakat Bali yang memuat tiga unsur pembangun keseimbangan dan keharmonisan hubungan antara manusia dengan Tuhan, manusia dengan manusia, dan manusia dengan lingkungannya yang menjadi sumber kesejahteraan, kedamaian, dan kebahagiaan bagi kehidupan manusia. Dalam konteks ini berkaitan dengan keberlanjutan pariwisata pesisir tanpa mengesampingkan aspek lingkungan dan menjadi pembeda pariwisata Bali dengan pariwisata lainnya di luar Bali.
Di samping itu perkembangan pariwisata Bali yang sangat pesat membuat masyarakat lokal menjadi terpinggirkan karena terdampak alih fungsi lahan untuk berbagai kegiatan pariwisata. Hal ini menjadi salah satu temuan kami dan akan kami komparasikan dengan kondisi yang ada di Kepulauan Langkawi, Malaysia. Harapannya hasil kajian kami dapat menjadi bahan pertimbangan baik untuk pemerintah maupun peneliti yang akan datang dalam bidang pengelolaan wilayah pesisir.







0 Komentar